Terbanglah Si Angsa Liar

Hmmm teganya Mpok Tifa ninggalin kami…

Di tengah sakit tipus, saya nekat ngantor pada Jumat 9 Februari lalu. Tak disangka itu pertemuan terakhir saya dengan Tifa Asrianti, jurnalis yang satu tim dengan saya di kompartemen Hukum Ekonomi (Redaktur Mas Lutfi, Sutan, saya, dan dia). Tim kecil ini serasa makin berkurang karena saya sakit dan Sutan giliran kali ini sakit. Tinggal Mas Lutfi ini yang pontang-panting sendirian.

Well, kemana kah Mpok Tifa? Dia nyeberang ke Jakarta Post mulai 12 Februari Senin silam. Padahal saya nyeberang ke sini dari Kelompok Kompas-Gramedia. Hehehe…

Mpok Tifa menamai dirinya Si Angsa Liar dalam blog friendster-nya. Saya langsung teringat pada Novel gubahan Jung Chang (nama lahirnya Er Hong, artinya Angsa Liar (Hong) yang kedua (Er) -maklum, dai anak kedua). Dia berniat mengubah nama Jung (artinya yang berkaitan dengan perperangan) supaya beroleh kesan revolusioner. Maklum, kala itu dia hidup di tengah atmosfer kuasa Mao Zedong di tanah Tiongkok (lahir 1952).

Jung Chang menulis novel biografi-historis nenek-ibu-dan dia sendiri yang berjudul Wild Swan. Novel ini memenangi beberapa penghargaan (saya janji deh, akan segera meresensinya di blog ini, juga membandingkannya dengan film berjudul Jasmine Women -Joan Chen dan Zhang Ziyi- yang ceritanya hampir sama, tentang eligi perempuan China beberapa generasi). Saya sendiri baru menelusuri separo dari 600-an halaman tebal buku ini. 

Entah Mpok Tifa pernah membacanya atau enggak, kok dia bisa menamai dirinya si Hong. Well, novel ini menggambarkan pahit getirnya kehidupan keluarga pejabat Komunis yang dituduh terlalu ‘ke kanan’ oleh antek-antek Mao. Selepas nama ayahnya direhabilitasi, Jung langsung ingin segera terbang mengepakkan sayapnya ke negeri Inggris. Well, dialah penyabet Ph.D dari China pertama di tanah Inggris.

Well, Mpok Tifa sudah terbang ke taman seberang. Semoga dia menemukan dunia yang lebih indah. Eh, Jumat 16 Februari giliran Aru Armando yang cabut. Kabarnya sih ke Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Well, kami tak sempat bertatap muka lagi karena saya masih tergolek di rumah lantaran tipus. Aru cabut berbarengan dengan seorang dari divisi lain.

Januari lalu, si calon reporter Zamzam juga sudah cabut. Mpok Eni, sekretaris redaksi, begitu sedih dalam sms-nya.

Well, I know. Menurut survey manajemen di Amerika Serikat, rata-rata pegawai atau karyawan pindah kerja 9 bulan sekali. Selain ingin meraih karir yang lebih cepat (lompatan), dan hendak meraup pengalaman anyar, tentu ada pula segudang alasan lainnya.

Well, kawan-kawin, setelah hanya sekejap beberapa bulan aku mengenal kalian, mengapa begitu cepat kalian pergi? Terbanglah, dan temukanlah taman yang kalian idamkan.

2 responses to “Terbanglah Si Angsa Liar

  1. yacob dear, ini namanya pertukaran karyawan, hehehe…sumpah, nggak ada maksud hati ingin pergi. namun apa daya, jiwa petualang lagi bergelora. buat gue, gaji dan fasilitas bukanlah umpan utama. tapi keinginan untuk mempelajari hal baru.
    ngomong-ngomong, alasan gue milih nama angsa liar itu sederhana kok. itu dari cerita anak-anak, gue lupa apakah dari grimm bersaudara atau hans christian andersen. ceritanya tentang seorang gadis yang ketujuh kakak laki-lakinya berubah jadi angsa, dan ia setiap malam membuat anyaman dari daun jelatang untuk mengembalikan mereka ke bentuk semula. itu cerita favorit gue, karena inti ceritanya adalah tidak pernah menyerah.
    jadi, kamu juga jangan pernah menyerah ya…
    semoga cepat sembuh

  2. Thq Mpok Tifa yang baik. Laen kali Mpok harus mau dengerin lagu-lagu kreoncong versiku… hehehe…

Leave a reply to yacobyahya Cancel reply