Review Film CJ7: Kejenakaan Chow Versi Film Anak

Jika Anda berharap Stephen Chow mengulangi aksi silat nan heroik seperti dua film sebelumnya, Shaolin Soccer dan Kung Fu  Hustle, tak perlu nonton film ini. Namun jangan khawatir, daya pikat dan kelucuannya tetap Anda nikmati lewat eksperimennya dengan “genre” baru: “film anak-anak”.

Chow tak lagi ngotot jadi lakon utama pada film ini. Dia serahkan sosok penarik perhatian penonton itu pada seorang anak kecil, Xu Jiao. Yang menarik di balik layar, rupanya Xu yang melakoni tokoh bocah pria Dicky (Xiao Di) adalah seorang cewek.

Badan Chow tak sekekar sebelumnya pada dua film laga di atas. Justru Chow mempermaknya sedemikian rupa, hingga menggoreskan kesan ringkih. Bahkan, dia rela rambutnya ditumbuhi uban. Chow jadi pekerja dengan upah pas-pasan sehingga harus rela terus memeras keringat, meski usia makin menua.

Yang paralel dari ketiga film Chow terakhir ini, adalah Chow tetap menampilkan suka duka kisah wong cilik. Shaolin Soccer menampilkan dia sebagai pemulung yang punya saudara-saudara dengan hidup yang susah pula: si gendut pemalas, si penganggur, si pencuci piring, tukang kredit cilik, tukang bersih-bersih bar. Pada Kung Fu Hustle, Chow hanyalah seorang brandal kecil yang bermimpi bisa bergabung dengan geng besar.

Di CJ7? Chow hanyalah seorang ayah yang harus kerja keras menjadi kuli bangunan demi mengirimkan anaknya ke sekolah bergengsi. Di sini kita lihat, kekonyolan Chow makin berkurang, jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya.

Dia curahkan total perhatian para pemirsa pada akting Xu. Xu hanyalah bocah kecil, yang punya keinginan layaknya anak-anak lainnya. Pengen punya mainan mahal nan canggih, dan fasilitas lainnya. Namun dia menerima “falsafah kemiskinan” yang ditanamkan oleh Chow, ayahnya.

Satu saat, saking menggebunya, dia ingin si ayah membelikan mainan robot anjing seperti yang dimiliki teman sekolahnya yang dari kalangan berada. Hingga Chow harus memukul Xu yang makin merengek gak ketulungan.

Namun pucuk dicinta ulam tiba. Datanglah makhluk asing yang menyerupai hewan lucu, yang senantiasa menemani hari-hari Xu. Dasar anak-anak. Selalu punya harapan yang terlalu muluk, dengan khayalan tinggi, sambil bermalas-malasan. Kayak Nobita yang terlalu berharap pada Doraemon, Xu meminta CJ7, makhluk luar angkasa itu, bisa mengabulkan segala permintaannya. Namun rupanya CJ7 hanyalah makhluk biasa.

Ini film bisa kita bandingkan dengan movi yang berjudul The Secret of The Magic Gourd -film Disney pertama yang berbahasa Cina. Wang Bao, si bocah, selalu membuat permintaan pada Si Labu Ajaib. Sayangnya, Si Labu terlalu memenuhi semua permintaannya. Alih-alih mengabulkan, malah bikin repot Wang Bao.

Namun, di balik keserba-tidak-bisaan CJ7, makhluk mungil ini punya kekuatan ajaib, yakni kemampuan pemulih. Tak tega melihat Xu yang kegerahan tidur bareng sang ayah di rumah yang sempit (bahkan tak layak disebut tempat tinggal), CJ7 mereparasi kipas angin sowak -yang dipulung Chow- dengan kekuatannya. Namun hal ini membawa konsekuensi. Tubuhnya makin melemah.

Konflik dalam film makin memuncak tatkala Chow mengalami kecelakaan kerja, terjatuh dari bangunan tinggi. Hingga dia meninggal. Xu menangis tiada henti, meski ditenangkan oleh Ibu Guru yang cantik, yang selalu simpati pada Xu di sekolahan. Sampai adegan ini, darah saya berdesir. Saya tahu betul bagaimana rasanya ditinggal ayah…

Namun, seperti umumnya film anak-anak, happy ending adalah “hukum besi”. Chow kembali hidup, berkat pemulihan dari CJ7. CJ7 tenaganya terkuras habis dan akhirnya mati dan kembali menjadi boneka biasa. Tapi keceriaan Xu tetap berlanjut, kawan-kawan CJ7 dari angkasa luar berhamburan turun dari piring terbang, berlarian menyambutnya.

Film yang sangat menarik, layak ditonton, meskipun Chow menawarkan rasa yang berbeda. Ayo kita lihat!

2 responses to “Review Film CJ7: Kejenakaan Chow Versi Film Anak

  1. Hiks,ko cj7 ny mt sic

  2. Kalo me-review film jangan spoiler donk… untung aku udah nonton..

Leave a comment